Mahasiswa Gua

Table of Contents

“Sangat pintar”, begitu agaknya kata yang bisa menggambarkan kondisi realita di pinggiran lingkaran mahasiswa. Beberapa benar-benar menjadi mahasiswa, sisanya masih di dalam gua–bahkan tidak mau keluar–yang dalam.

Lumrahnya paradigma di masyarakat, mahasiswa dianggap sebagai sosok yang wah sekali. Dari desa dan kota, menganggap bahwa mahasiswa adalah seseorang dengan pemikiran kritis yang rasionalis. Bahkan, banyak orang iri dengan status sebagai mahasiswa.

Melihat kondisi mahasiswa saat ini, terutama di bagian yang tidak terlihat oleh mata masyarakat membuat saya sendiri terketuk untuk menulis bahasan ini. Dari banyaknya mahasiswa yang berprestasi dan memperjuangkan hak-hak bangsa, masih ada mahasiswa yang berangkat pulang tanpa tahu dirinya mau apa.

Mandi (kadang), makan, berangkat, duduk, dan pulang!

Lingkungan kampus di pinggiran mata, tidak ada bedanya dengan anak smp. Berangkat berias diri seperti ratu Kerajaan, namun ketika duduk di bangku presentasi menjadi rakyat desa, membeli pengetahuan pada Google.

“Mahasiswa adalah pengangguran dengan gaya,” celetukan beberapa orang di sosial media yang populer. Rasanya bisa disetujui jikalau bagi orang-orang ini. Entah berapa lama lagi mahasiswa seperti ini bertaubat.

Rugi sekali rasanya, membayar ukt yang sekali bayar bisa untuk membeli motor bekas. Dibuang untuk duduk dengan status mahasiswa dalam gua.

Indonesia, hari ini sudah maju lebih dari negara lain! Presentasi bisa diwakilkan dengan segenggam handphone. Makalah dengan beribu-ribu lembar, ternyata hasil ctrl c+v, niat menulis sedikit pun tidak ada.

Giliran waktu berdiskusi, mahasiswa kritis pun dianggapnya sebagai penjilat. Pantas orang-orang seperti ini hidup menyalakan api dengan dua ranting kayu. Pertanyaan yang relevan tidak bisa dijawab, pertanyaan yang tidak relevan? bingung sendiri.

Diskusi analisis yang seharusnya menjadi sarapan mahasiswa, menjadi pertarungan definisi. Itu pun hanya diambil dari website antah berantah. Satu menulis pertanyaan, satu mencari di Google, satu lagi tidur.

Sudah saatnya, mahasiswa dalam gua untuk tampil sebagai mahasiswa modern. Kalau bukan diri sendiri yang mau keluar? Siapa yang peduli?